Environmental, Sustainability and Governance (ESG) adalah salah satu factor penting dalam dunia facility management saat ini. Secara umum di Indonesia, pergerakan dari peran ESG dalam dunia korporasi sudah mulai terasa.
Berdasarkan tulisan dari Jim Turner di www.facilitiesnet.com mengenai kondisi
ESG di tahun 2025, dia menuliskan mengenai 3 trend makro berkelanjutan yang
masih relevant untuk tahun 2025:
Trend 1: Energy Management
Energy management adalah hal pertama yang dipikirkan untuk
manajemen perusahaan jika membahas ESG, terutama terkait sustainability. Energy
Management menciptakan potensi untuk mengurangi biaya operasional melalui
konsumsi energi yang lebih rendah. Peluang proyek di area ini berkisar dari
pemasangan retrofit pengurangan energi, mengintegrasikan sumber energi
terbarukan, dan menerapkan sistem manajemen energi yang melacak dan membantu
mengoptimalkan penggunaan energi.
Upaya meningkatkan efisiensi energy telah dilakukan dengan
beberapa cara antara lain:
- Sistem pencahayaan: mengganti dengan LED hemat energi, dan mengganti HVAC system menjadi lebih baru dan efisien.
- Penggunaan smart control yang mengoptimalkan penggunaan energi melalui, movement sensor, occupancy sensor atau timer on-off.
- Penghematan air: mengganti keran lama, kepala shower, dan toilet dengan model aliran rendah, dan memasang sistem deteksi kebocoran.
- Daur ulang air: mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk penggunaan non-potable, seperti irigasi dan pembilasan toilet.
Solusi renewable energy juga telah populer selama beberapa
dekade ini (Amerika) dan dalam beberapa tahun terakhir (Indonesia).
Solusi surya paling populer adalah sistem photovoltaic (PV) –
solar panel, yang mengubah sinar matahari langsung menjadi energi untuk
menyalakan pencahayaan, peralatan, dan sistem HVAC.
Turbin angin tersedia dalam berbagai ukuran, termasuk proyek
bangunan tunggal yang dipasang di atap atau ruang lain yang cocok untuk upaya
skala komunitas atau kampus yang lebih besar.
Pompa panas geotermal lebih kompleks daripada proyek surya
atau angin, tetapi memberikan pemanasan dan pendinginan yang efisien dengan
menggunakan suhu stabil bumi.(catatan: system ini masih belum popular di
Indonesia).
Tren 2: AI dan Teknologi
Artificial Intelligence (AI) – kecerdasan buatan akan
mengubah manajemen fasilitas dengan memungkinkan pemeliharaan prediktif,
meningkatkan pemanfaatan ruang, dan meningkatkan keamanan melalui analisis data
dan otomatisasi. Beberapa dampak AI yang diharapkan meliputi:
- Pemeliharaan prediktif: dapat melakukan analisa data dari catatan historis dan sensor, algoritma AI dapat memprediksi kemungkinan dan waktu kegagalan potensial untuk sistem penting seperti elevator, HVAC, dan generator, mendorong pendekatan proaktif terhadap pemeliharaan serta menghindari downtime. AI dapat menilai pola kinerja peralatan yang memungkinkan jadwal pemeliharaan lebih efisien dan memprioritaskan sistem kritis.
- Pemanfaatan ruang: pelajaran yang dipetik dari era Work from Office (WFH) pasca-COVID-19 menunjukkan bahwa memerlukan pendekatan baru untuk mendapatkan pengalaman kerja yang baru kepada para karyawan bekerja di kantor umumnya terkait kenyamanan bekerja dan kualitas hidup dari para karyawan. AI memfasilitasi analisis pola okupansi dan preferensi karyawan, mengarah ke ruang yang dioptimalkan yang menghilangkan kepadatan dan mendorong pemanfaatan area yang kurang dimanfaatkan. Pada level berikutnya adalah smart workplace yang menggunakan AI untuk menyesuaikan ruang dengan kebutuhan dan preferensi penghuni dengan menyesuaikan pencahayaan, suhu, dan akustik.
- Peningkatan keamanan dan keselamatan: AI menawarkan kesempatan untuk meningkatkan keamanan fasilitas dan karyawan melalui access control dan detection sensor jika ada yang mencurigakan. Dengan keamanan sebagai tujuan utama, AI dapat membantu mengelola access control sehingga personel yang berwenang dapat masuk dan keluar tempat kerja tanpa hambatan, sementara pengunjung diproses secara efisien dan akses mereka dibatasi pada ruang yang diizinkan.
Tren 3: Dampak untuk Sektor Publik
Khusus untuk Amerika Serikat: belum ada kejelasan mengenai penetapan
arah baru untuk keberlanjutan di sektor public, seperti Executive Order 14057
tahun 2021 "Catalyzing Clean Energy Industries and Jobs Through Federal
Sustainability," yang menetapkan jadwal ambisius untuk mencapai listrik
bebas polusi dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Secara umum, meskipun kemajuan ESG terlihat jelas di
negara-negara Asia, tantangan regional masih signifikan dengan adanya
kesenjangan implementasi antara ekonomi maju dan berkembang di Asia.
Negara-negara dengan sumber daya terbatas menghadapi dilema dalam
menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan aspirasi keberlanjutan. Nantinya,
transformasi digital, pertumbuhan keuangan berkelanjutan seperti obligasi hijau
pemerintah, dan kolaborasi multi-stakeholder menjadi pendorong utama kemajuan
ESG di sektor publik Asia, yang secara bertahap mengintegrasikan keberlanjutan
ke dalam inti pengelolaan pemerintahan dan layanan publik.
Catatan:
- Sumber: https://www.facilitiesnet.com/green/article/The-State-of-ESG-in-2025--20535
- Dituliskan ulang menyesuaikan dengan pengetahuan dari penulis blog terkait facility management di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar