TEMPO.CO, Jakarta, berita tertanggal 14 Maret 2025: Kepala
Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Harli Siregar, menyebutkan bahwa
kerugian negara akibat kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan
produk kilang Pertamina subholding periode 2018-2023 bisa lebih besar dari Rp
193,7 triliun, karena angka tersebut hanya untuk kerugian pada 2023. Sedangkan,
tindak pidana korupsi ini telah terjadi sejak 2018 hingga 2023.
Korupsi bisa terjadi karena hilangnya integritas dari
seseorang, terutama yang bertanggung jawab di bidang tersebut. Integritas
seorang Facility Manager adalah penting dalam menjalankan operasional. Facility
Manager (FM) memegang kendali penting dalam operasional dan keberlangsungan
sebuah organisasi.
Menurut saya, berikut 5 Faktor yang Dapat Mengganggu
Integritas Seorang Facility Manager:
1. Kurangnya Pemahaman tentang Etika Bisnis &
Regulasi. Penting untuk memahami etika bisnis dan regulasi yang berlaku. Tanpa
pemahaman yang jelas, seorang Facility Manager mungkin secara tidak sengaja
melanggar aturan atau terlibat dalam praktik yang tidak etis. Misalnya,
menerima hadiah dari vendor tanpa menyadari bahwa hal tersebut dapat dianggap
sebagai bentuk suap atau gratifikasi yang dilarang.
Perusahaan perlu memberikan panduan yang jelas dan terperinci mengenai
etika bisnis, termasuk batasan dalam berinteraksi dengan vendor, kebijakan
hadiah, dan larangan terhadap praktik suap. Pelatihan reguler, baik melalui
workshop, email, atau quiz, dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman
tentang etika bisnis.
2. Budaya Perusahaan yang Tidak Mendukung
Integritas. Lingkungan kerja memiliki pengaruh besar terhadap perilaku
individu. Facility Manager mungkin akan terbawa arus dan menganggap praktik
tidak etis sebagai hal yang wajar. Contohnya, jika atasan atau rekan kerja
sering menerima hadiah dari vendor tanpa konsekuensi, Facility Manager dan team
lainnya mungkin akan mengikuti jejak mereka karena merasa tidak ada dampak
negatif yang signifikan.
Untuk mengatasi hal ini, perusahaan harus menciptakan budaya yang
mengutamakan integritas dan transparansi. Pimpinan perusahaan harus menjadi
teladan dalam menjalankan nilai-nilai etika, dan setiap pelanggaran harus
ditindak tegas tanpa pandang bulu. Selain itu, perusahaan dapat membentuk
sistem whistleblowing yang aman bagi karyawan untuk melaporkan pelanggaran
tanpa takut akan pembalasan.
3. Kurangnya Pengawasan & Akuntabilitas. Perlu
adanya sistem pengawasan yang ketat dan akuntabilitas yang jelas dalam
perusahaan. Seorang Facility Manager mungkin tergoda untuk menyalahgunakan
wewenangnya. Misalnya, dalam proses pengadaan barang atau jasa, jika tidak ada
mekanisme verifikasi yang baik, Facility Manager dapat memanipulasi laporan
atau memilih vendor yang tidak kompeten untuk keuntungan pribadi.
Untuk mencegah hal ini, perusahaan perlu menerapkan sistem pengawasan
yang kuat, seperti audit internal secara berkala, proses approval multi-level
untuk pengeluaran besar, dan penggunaan teknologi untuk mencatat semua
transaksi secara transparan. Dengan adanya sistem ini, setiap keputusan dan
tindakan Facility Manager dapat dilacak dan dipertanggungjawabkan.
4. Lingkungan Kerja yang Tidak Transparan.
Transparansi dalam proses pengambilan keputusan sangat penting untuk menjaga
integritas. Jika lingkungan kerja tidak transparan, misalnya dalam proses
tender atau pemilihan vendor, Facility Manager dapat dengan mudah memanipulasi
hasil untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Contohnya, hanya
mengundang vendor tertentu dalam tender atau tidak mengumumkan nilai kontrak
secara terbuka.
Proses pengadaan yang terbuka dan kompetitif perlu ada dan terdokumentasi.
Semua informasi terkait tender harus dapat diakses oleh pihak yang
berkepentingan, dan keputusan harus didasarkan pada kriteria yang objektif.
5. Konflik Kepentingan (Conflict of Interest).
Konflik kepentingan terjadi ketika Facility Manager memiliki hubungan pribadi
atau kepentingan lain dengan vendor atau pihak terkait yang dapat memengaruhi
keputusannya secara profesional. Misalnya, memilih vendor yang dimiliki oleh
keluarga atau teman dekat, meskipun vendor tersebut tidak menawarkan harga atau
kualitas terbaik.
Untuk
menghindari konflik kepentingan, perusahaan harus mewajibkan Facility Manager
untuk mendeklarasikan setiap hubungan yang berpotensi menimbulkan konflik.
Selain itu, rotasi tugas atau pembatasan interaksi dengan vendor tertentu dapat
mengurangi risiko terjadinya praktik tidak etis. Kebijakan yang melarang
penerimaan hadiah atau fasilitas pribadi dari vendor juga perlu diterapkan
dengan tegas.
Kesimpulan
Kita sebagai Facility Manager perlu menjaga integritas. Akan
selalu ada tantangan untuk Facility Manager, terutama ketika dihadapkan pada
faktor-faktor seperti kurangnya pemahaman etika bisnis, budaya perusahaan yang
buruk, pengawasan yang lemah, lingkungan kerja tidak transparan, dan konflik
kepentingan.
Namun, dengan kesadaran yang tinggi, dukungan dari
perusahaan, dan sistem yang baik, integritas dapat tetap terjaga. Perusahaan
harus aktif menciptakan lingkungan yang mendukung praktik etis dan memberikan
alat serta kebijakan yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran. Pada akhirnya,
integritas bukan hanya tentang mematuhi aturan, tetapi juga tentang membangun
kepercayaan dan reputasi yang baik dalam jangka panjang.