Saya tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut prinsip 80/20
dalam industry facility management dan menurut beberapa sumber berikut, dalam beberapa
hal, prinsip 80/20 berlaku dalam dunia facility management:
- Menurut Scale123, dalam pengelolaan fasilitas, 20% dari unit, vendor, atau masalah teknis bisa menyumbang 80% dari total keluhan, biaya, atau risiko operasional. Dengan memahami pola ini, facility manager dapat mengalihkan perhatian dari pendekatan serba reaktif ke arah yang lebih fokus dan efisien.
- FaultFixers menekankan bahwa prinsip 80/20 sangat penting dalam keseimbangan antara preventive dan reactive maintenance. Mereka menunjukkan bahwa sebagian besar downtime, biaya perbaikan, dan keluhan terjadi akibat ketidakteraturan dalam menangani “20% aset bermasalah”.
Secara umum, team facility management mengalami hal-hal
berikut dalam operasional:
- Terlalu Banyak Fokus pada “Trivial Many”. Banyak tim FM terjebak dalam upaya menyelesaikan semua masalah secara merata, termasuk masalah kecil yang jarang berdampak besar. Akibatnya, sumber daya tersedot untuk hal yang sebenarnya bisa ditunda atau diotomatisasi.
- Tidak Memiliki Prioritas Data-Driven. Tanpa data dan visualisasi yang baik (misalnya Pareto Chart), manajer sulit membedakan mana aset, lokasi, atau vendor yang seharusnya menjadi prioritas tinggi.
- Biaya dan Waktu Hilang untuk Masalah yang Salah. Tanpa strategi Pareto, perusahaan bisa menghabiskan 80% anggaran maintenance untuk 80% aset yang jarang rusak, sementara aset “kritis” luput dari perhatian.
Sumber dari SSG Insight menyarankan agar manajer fasilitas
mengidentifikasi area atau aset yang paling sering menyebabkan gangguan atau
keluhan. Ini bisa dilakukan dengan:
- Menganalisis data tiket layanan
- Mengkaji histori downtime dan biaya perbaikan
- Mengklasifikasikan aset berdasarkan criticality level
- Menggunakan Pareto Chart untuk memvisualisasikan 20% penyebab utama
Strategi Praktis Penerapan Prinsip 80/20
Berikut langkah konkret yang bisa dilakukan oleh tim
facility management berdasarkan keempat sumber:
1. Gunakan CMMS atau Platform Digital. Platform seperti
FaultFixers dan lainnya membantu mencatat dan mengelompokkan masalah
berdasarkan tipe, lokasi, dan frekuensi. Dengan sistem ini, Anda bisa dengan
mudah melihat tren dan sumber masalah dominan.
2. Lakukan Pareto Analysis secara Berkala. Seperti
dijelaskan dalam MaintenX, analisis Pareto dapat digunakan untuk
mengidentifikasi masalah yang paling mahal, paling sering terjadi, atau paling
mengganggu operasi. Ini membantu manajer menetapkan prioritas perbaikan yang
berdampak nyata.
3. Tingkatkan Preventive Maintenance pada Aset Kritis. Setelah
mengetahui aset yang menyumbang 80% risiko, jadwalkan preventive maintenance
lebih sering pada aset tersebut. Ini akan menurunkan kemungkinan kerusakan dan
meningkatkan umur pakai.
4. Evaluasi Vendor atau Kontraktor. Dalam property
management, Scale123 mencatat bahwa 20% vendor bisa menyumbang 80% masalah
kualitas pekerjaan. Dengan data tersebut, tim bisa mengganti atau memperbaiki
kontrak kerja sama.
Dengan menerapkan prinsip Pareto 80/20 dalam industry facility
management akan menjadi strategi yang sangat relevan untuk facility management
modern. Dengan memanfaatkan data historis dan alat analisis sederhana, tim FM
bisa memfokuskan usaha pada area yang paling berdampak — baik dalam hal
efisiensi biaya, peningkatan layanan, maupun pengelolaan risiko.
Ingat, bukan semua masalah harus diselesaikan hari ini. Tapi
20% masalah yang benar harus diselesaikan lebih dulu.
Sumber Referensi:
https://www.scale123.com/pareto-principle-property-management/
https://www.faultfixers.com/blog/the-80-20-rule-for-preventative-and-reactive-maintenance
https://ssginsight.com/about-us/news-events/leveraging-the-80-20-rule-for-success/
https://maintenx.com/the-80-20-rule-of-facility-maintenance/