Selasa, 17 September 2024

Mengenal Konsep Risk Register dalam Industri Facility Management: Langkah Proaktif untuk Mengelola Risiko (Bagian 2 dari 2)

Melanjutkan tulisan sebelumnya, risiko yang perlu diketahui oleh Facility Manager dalam mengelola fasilitas adalah:

4. Risiko Manajemen Vendor. Seorang Facility Manager perlu mengenai vendor apa saja yang mendukung operasional mereka. Untuk meminimalkan risiko dari vendor, seorang FM perlu melakukan:

  • Memastikan adanya perjanjian kerja yang menuliskan secara jelas ruang lingkup kerja dan standar kinerja oleh vendor.
  • Memastikan karyawan dari vendor memiliki kualifikasi yang jelas sesuai bidangnya, jika perlu, mempunyai Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang menjelaskan bahwa karyawan tersebut tidak mempunyai catatan kejahatan.
  • Melakukan evaluasi secara rutin untuk jenis pekerjaan yang dilakukan vendor, minimal 1x per bulan (atau disesuaikan dengan ruang lingkup).
  • Memastikan memiliki daftar periksa/check list, prosedur operasional, form serah terima pekerjaan untuk setiap pekerjaan yang dilakukan oleh vendor.

 

5. Risiko Finansial. Risiko finansial umumnya terkait dengan adanya perbaikan tidak terduga pada fasilitas tersebut. Seorang FM umumnya sudah mempunyai perkiraan biaya yang akan dikeluarkan dalam periode minimal 1 tahun. Untuk meminimalkan risiko bengkaknya anggaran, bisa dilakukan hal berikut:

  • Memastikan anggaran dibuat secara akurat dan komprehensif, dengan mempertimbangkan semua biaya operasional dan pemeliharaan. Bisa menggunakan referensi dari biaya perbaikan di tahun sebelumnya, atau mengundang vendor untuk memberikan estimasi perbaikan di tahun tersebut.
  • Membuatkan estimasi dana darurat untuk mengatasi biaya tak terduga atau keadaan darurat, umumnya bisa dibuatkan 10-20% dari total estimasi biaya.
  • Melakukan evaluasi dan analisis pengelauran secara berkala, minimal setiap 3 bulan, untuk mengidentifikasi potensi peluang penghematan biaya atau adanya biaya tambahan.
  • Melakukan pemeriksaan peralatan/mesin secara komprehensif untuk memastikan bahwa peralatan/mesin yang ada layak pakai. Jika ada potensi kerusakan, agar segera dilaporkan secara rinci untuk memastikan manajemen mempersiapkan dana tambahan (jika disetujui).

 

6. Risiko Reputasi. Reputasi dari perusahaan tergambar bagaimana fasilitas tersebut dikelola. Tantangan dari Facility Manager adalah untuk menjaga reputasi Perusahaan tersebut, contoh reputasi adalah:

  • Response dari team FM kepada para pelanggan. Penting untuk team FM memberikan response yang baik kepada para pelanggan saat mereka berinteraksi dengan pelanggan di jam kerja. Perlu adanya Latihan secara rutin mengenai salam, memberitahukan adanya pekerjaan, dan lainnya.
  • Perlindungan keamanan dan keselamantan terkait dengan area kerja dan pelanggan. Memastikan area kerja dalam kondisi aman, memasang tanda hati-hati yang mudah terlihat dan memperingatkan karyawan atau pelanggan jika melewati area kerja (jika perlu).
  • Gangguan operasional. Fasilitas yang tidak terpelihara bisa menjadi risiko reputasi karena saat ini, banyak hal bisa diungguh ke dalam social media. Pastikan fasilitas dalam kondisi baik setiap hari.

7. Risiko Lingkungan. Di era modern ini, memelihara lingkungan menjadi salah satu tanggung jawab utama dalam pengelolaan fasilitas, contoh: pengendalian pembuangan limbah terhadap daerah sekitar fasilitas dan memastikan kondisi udara dalam fasilitas terjaga. Hal-hal lainnya yang perlu dijaga adalah:

  • Mempersiapkan metode konsumsi energi yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan sumber energi terbarukan adalah kunci menuju masa depan yang lebih bersih.
  • Mengadopsi teknologi dan proses hemat energi untuk mengurangi konsumsi energi dan jejak karbon, misalnya tenaga angin, panel surya, atau baterai.
  • Mengikuti perkembangan peraturan lingkungan dan praktik terbaik industri untuk memastikan fasilitas memenuhi persyaratan yang ada.

 

8. Risiko Keamanan Siber. Umumnya, Facility Manager akan bekerja sama dengan team IT untuk memastikan keamanan data terjaga. Serangan siber di era kencangnya pemakaian AI (Artificial Intelligence) pun semakin cerdas, sehingga belum pernah ada kekhawatiran yang lebih besar di industri yang memiliki begitu banyak data sensitif yang dipertaruhkan. Beberapa metode untuk mencegah pelanggaran sistem mencakup langkah-langkah berikut.

 

Demikian 8 kategori risiko dalam facility management yang terbagi dalam 2 tulisan ini, tanggung jawab seorang FM adalah memastikan bahwa semua risiko tersebut sudah dievaluasi dan jika ada, tercatat dalam risk register.

Semangat!

Source: https://www.businessfirstonline.co.uk/advice/8-common-risks-in-the-facilities-management-sector/

Senin, 16 September 2024

Mengenal Konsep Risk Register dalam Industri Facility Management: Langkah Proaktif untuk Mengelola Risiko (Bagian 1 dari 2)

Apakah Anda ingin menjaga operasional fasilitas Anda tetap berjalan lancar tanpa terjebak dalam situasi tak terduga? Mungkin Anda perlu mengenal Risk Register. Risk Register adalah alat yang sangat efektif dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko dalam industri Facility Management. Dengan menggunakan Risk Register, Anda dapat dengan mudah mengidentifikasi risiko potensial yang mungkin timbul di fasilitas Anda dan mengambil tindakan yang tepat untuk memitigasi risiko tersebut.

Saya sudah menuliskan mengenai risk register sebelumnya. Untuk tulisan ini, saya akan perjelas, apa saja yang perlu dipertimbangkan sebagai resiko, sehingga dimasukkan kedalam daftar risk register.

Menurut Business First (https://www.businessfirstonline.co.uk/ ) ada 8 Risiko Umum di Sektor Facility Management (FM). Berikut penjelasannya serta apa yang perlu dicatat sebagai seorang FM saat mekukan evaluasi terhadap fasilitas:

1. Risiko Compliance. Memastikan peraturan sudah diterapkan dan prosedur dibuat serta diikuti dalam fasilitas yang dikelola. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memenuhi risiko Compliance adalah: 

  • Ethical Business Practices. Memastikan bahwa kode etik perusahaan dipromosikan serta para karyawan mengetahui mengenai kode etik ini, contoh: ketentuan anti korupsi, maksimal jam kerja per hari/minggu dan lainnya.
  • Health & Safety Compliance. Memastikan peraturan terkait Health & Safety sudah diketahui dan diikuti, contoh: jalur evakuasi, peletakan alat pemadam api ringan, larangan untuk merokok, dan lainnya.
  • Vendor Compliance. Memastikan vendor yang bekerja memenuhi standar Perusahaan, contoh: mempunyai ijin kerja, memiliki kontrak kerja dengan para karyawan, mempekerjaan karyawan sesuai dengan umur, dan lainnya.
  • Data Protection & Privacy Compliance. Memastikan data dari pekerjaan terjaga dengan laptop yang menggunakan kata sandi, masing-masing karyawan mengetahui batas Pribadi area kerja, dan lainnya.
  • Building Code Compliance. Seorang FM umumnya akan mempunyai data mengenai fasilitas dalam bentuk as build drawing, daftar material pemeliharaan, daftar nama vendor yang melakukan perbaikan, renovasi terhadap fasilitas, dan lainnya. 
  • Environmental Compliance. Jika sudah menerapkan kantor yang ramah lingkungan, maka perlu dibuatkan prosedur untuk memastikan aktivitas yang dilakukan di kantor memenuhi standar tersebut, contoh: membagi sampah daur ulang, plastic, makanan, dan lainnya.

2. Risiko Health & Safety. Setelah memastikan compliance terkait health & safety, maka setiap FM memiliki tugas untuk melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan dan pelanggan di area fasilitas tersebut. Hal ini juga berlaku jika ada kontraktor/vendor ketika bekerja di fasilitas tersebut. Facility Manager bisa melakukan hal-hal berikut untuk meminimalkan risiko health & safety: 

  • Membiasakan aktivitas terkait keselamatan; tool box meeting minimal sekali per minggu dengan seluruh team FM.
  • Melakukan penilaian risiko secara rutin, minimal sekali per bulan dengan melakukan inspeksi terhadap fasilitas.
  • Memastikan adanya pelatihan rutin kepada staf tentang protokol keselamatan dan prosedur darurat.
  • Menyimpan catatan insiden, kejadian nyaris celaka, dan inspeksi keselamatan secara akurat.

3. Risiko Operasional. Facility Manager wajib mengenai risiko operasional di area fasilitas. Hal-hal yang perlu ada yaitu: 

  • Jadwal pertemuan rutin. Aktivitas pertemuan dengan team operasional, contoh: setiap hari untuk team cleaning service, technician, dan lainnya. Weekly meeting untuk operasional termasuk vendor, administrasi dan jadwal pemeliharaan. Monthly meeting untuk evaluasi operasional termasuk masalah yang belum selesai, pembelian sparepart, hubungan dengan department lainnya, dan seterusnya.
  • Program pemeliharaan preventif (PPM – plan preventive maintenance). Program ini perlu dibuatkan jadwal selama 1 tahun lengkap dengan aktivitas serta team yang akan mengerjakan, baik internal ataupun vendor.
  • Escalation Chart. Daftar eskalasi terkait siapa saja yang perlu dihubungi untuk pengambilan Keputusan serta menyelesaikan masalah. Daftar eskalasi ini termasuk vendor yang bisa membantu memperbaiki jika ada kerusakan di fasilitas.
  • Daftar mesin backup dan/atau spare part backup untuk peralatan penting di fasilitas tersebut. 

Masih ada 5 risiko yang perlu diketahui oleh seorang FM yang saya akan jelaskan di tulisan selanjutnya.

Semangat!

Source: https://www.businessfirstonline.co.uk/advice/8-common-risks-in-the-facilities-management-sector/

Minggu, 15 September 2024

Business Continuity Plan: Lindungi Aset Anda dari Ancaman Tak Terduga


Di bulan April 2024, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Jawa Timur, mencatat bencana alam banjir dan tanah longsor berdampak langsung terhadap ribuan warga di delapan kecamatan. Dampak paling parah terjadi di Kecamatan Munjungan. Kepala BPBD Trenggalek Stefanus Triadi Atmono mengatakan, bencana banjir terjadi 18 desa yang tersebar di delapan kecamatan. Yakni Kecamatan Trenggalek, Pogalan, Karangan, Gandusari, Kampak, Watulimo, Munjungan dan Kecamatan Panggul. Ketinggian banjir di kawasan permukiman antara 50 cm hingga 1,5 meter. Tak hanya kawasan permukiman, banjir juga menggenangi sejumlah sekolah dan fasilitas umum hingga perkantoran pemerintah sehingga fasilitas tersebut tidak dapat digunakan.

 

Bencana alam adalah contoh umum untuk menggambarkan terhentinya fasilitas. Banyak hal bisa terjadi yang menyebabkan terhentinya fasilitas dan mengancam usaha perusahaan. Ancaman-ancaman berupa bencana alam, kebakaran, atau gangguan system yang parah bisa datang kapan saja dan tanpa peringatan, mengancam kelangsungan fasilitas anda. Untuk menghadapi situasi seperti ini, sebagai seorang Facility Manager (FM), anda membutuhkan rencana yang matang, yaitu dinamakan Business Continuity Plan (BCP) atau Rencana Keberlangsungan Bisnis (RKB).

BCP dalam Manajemen Krisis Fasilitas

Business Continuity Plan (BCP) adalah dokumen komprehensif yang berisi langkah-langkah sistematis yang akan diambil oleh suatu organisasi untuk memastikan kelangsungan operasionalnya ketika terjadi gangguan atau krisis, termasuk bencana alam. BCP tidak hanya fokus pada pemulihan fisik fasilitas, tetapi juga mencakup pemulihan sistem informasi, rantai pasok, dan sumber daya manusia.

FM adalah bagian penting dari persiapan BCP bersama dengan fungsi penting lainnya dalam perusahaan.

Mengapa BCP itu Penting?

BCP adalah blueprint atau peta jalan yang akan memandu Perusahaan secara keseluruhan termasuk FM dalam menghadapi krisis. Dengan memiliki dokumen BCP yang teruji, Perusahaan dapat:

  • Meminimalkan dampak negatif: BCP membantu mengurangi kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan gangguan operasional yang disebabkan oleh krisis.
  • Mempercepat pemulihan: BCP memberikan panduan langkah demi langkah untuk memulihkan bisnis Anda secepat mungkin.
  • Meningkatkan kepercayaan stakeholder: BCP menunjukkan komitmen Anda terhadap keberlangsungan bisnis dan kepuasan pelanggan.
  • Memenuhi persyaratan regulasi: Beberapa industri memiliki persyaratan khusus terkait BCP.

Komponen Utama BCP

  • Analisis Risiko: Identifikasi semua potensi ancaman yang dapat mengganggu bisnis Anda, baik dari dalam maupun luar perusahaan.
  • Tim Tanggap Darurat: Bentuk tim yang terdiri dari berbagai departemen untuk merespons insiden dengan cepat dan efektif.
  • Prosedur Evakuasi: Tetapkan prosedur evakuasi yang jelas dan latihan secara berkala untuk memastikan semua karyawan mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
  • Penyimpanan Data: Simpan data penting secara berkala dan simpan salinannya di tempat yang aman, baik secara fisik maupun digital.
  • Fasilitas Cadangan: Identifikasi fasilitas cadangan yang dapat digunakan untuk melanjutkan operasional sementara.
  • Pemulihan Sistem Informasi: Buat rencana untuk memulihkan sistem informasi yang rusak, termasuk server, jaringan, dan data.
  • Komunikasi: Tetapkan saluran komunikasi yang efektif untuk menjaga komunikasi antara manajemen, karyawan, pelanggan, dan pihak terkait lainnya.
  • Pemulihan Rantai Pasok: Identifikasi pemasok alternatif dan buat rencana untuk memastikan ketersediaan bahan baku dan komponen yang dibutuhkan.
  • Komunikasi: Tetapkan saluran komunikasi yang efektif untuk menjaga komunikasi antara manajemen, karyawan, pelanggan, dan pihak terkait lainnya.
  • Pemulihan Rantai Pasok: Identifikasi pemasok alternatif dan buat rencana untuk memastikan ketersediaan bahan baku dan komponen yang dibutuhkan.

Tips Membuat BCP yang Efektif

  • Libatkan seluruh departemen: Pastikan semua departemen terlibat dalam pembuatan BCP agar rencana tersebut komprehensif dan realistis.
  • Lakukan latihan simulasi secara berkala: Latihan simulasi akan membantu mengidentifikasi kekurangan dalam rencana dan meningkatkan kesiapan tim tanggap darurat.
  • Tinjau dan perbarui BCP secara rutin: Lingkungan bisnis selalu berubah, sehingga BCP perlu ditinjau dan diperbarui secara berkala.
  • Komunikasikan BCP kepada seluruh karyawan: Pastikan semua karyawan memahami peran mereka dalam RKB.

BCP adalah program Perusahaan, umumnya dipimpin oleh tenaga ahli di bidang manajemen resiko. Seorang FM perlu mengetahui BCP dari Perusahaan sehingga bisa secara aktif mempersiapkan porsi FM. BCP adalah investasi yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Dengan memiliki BCP yang teruji, Perusahaan dapat melindungi aset perusahaan, menjaga reputasi, dan memastikan kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. 

Semangat!



Sabtu, 07 September 2024

Kendala AC Backup - Mengelola Fasilitas dengan Risk Register

Di salah satu ruang server di fasilitas perusahaan yang umumnya memiliki AC Backup, terjadi kerusakan AC dan baru diketahui bahwa saat AC Utama Rusak, ternyata AC Backup juga rusak, sehingga suhu pada ruang server naik dan menyebabkan alarm. Setelah insiden, kerusakan AC Backup pernah diinformasikan secara verbal dan tidak tercatat di risk register.

Kejadian di atas adalah salah satu kejadian yang SANGAT dihindari oleh para para facility manager, yaitu terjadi insiden dan tidak memiliki catatan mengenai potensi insiden tersebut di risk register.

Pentingnya Risk Register dalam Facility Management: Risk register adalah alat penting untuk team FM (Facility Management) untuk mengelola risiko dengan cara yang terarah dan terkontrol.

Berikut adalah lima alasan penting perlu adanya risk register dalam pengelolaan fasilitas oleh team FM:

  1. Identifikasi Risiko: Risk register memungkinkan team FM untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam operasional fasilitas. Dalam contoh kasus AC backup yang gagal, jika ada risk register yang efektif, kerusakan atau gangguan pada AC backup akan teridentifikasi segera. Dengan mengetahui risiko tersebut, team FM dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, seperti pemeliharaan rutin atau penggantian komponen yang aus, untuk menghindari kegagalan sistem saat diperlukan.
  2. Pengendalian Risiko: Dengan adanya risk register, team FM dapat mengelola risiko dengan lebih efektif. Risiko yang sudah diidentifikasi dapat dianalisis dan dievaluasi untuk menentukan tingkat urgensi dan prioritas tindakan yang harus diambil. Team FM dapat mengembangkan strategi yang efisien untuk mengendalikan risiko, termasuk alokasi sumber daya, perencanaan pemeliharaan, atau perbaikan sistem yang memadai.
  3. Pencegahan Kerugian: Risk register membantu team FM untuk menghindari kerugian finansial atau operasional yang tidak perlu yang perlu dipertanggungjawabkan ke pihak manajemen. Dengan mengidentifikasi risiko potensial sebelum terjadinya insiden, team FM dapat mengambil tindakan pencegahan yang memadai. Dalam kasus AC backup yang gagal, team FM dapat melakukan perbaikan segera dan pengujian berkala pada sistem untuk memastikan kinerjanya yang optimal. Hal ini akan mencegah kerugian akibat pemadaman layanan atau kerusakan pada peralatan sensitif terhadap suhu.
  4. Kontinuitas Operasional: Risk register membantu team FM menjaga kontinuitas operasional fasilitas mereka. Dengan mengetahui dan mengelola risiko dengan baik, team FM dapat mencegah gangguan yang dapat menghentikan operasional. Dalam contoh kasus AC backup yang gagal, dengan risk register, team FM dapat melakukan perbaikan tepat waktu dan menjaga suhu yang nyaman di dalam gedung yang essential bagi produktivitas dan kepuasan karyawan.
  5. Peningkatan Efisiensi: Melalui risk register, team FM dapat mengidentifikasi area-area yang rentan terhadap risiko dan mengambil tindakan preventif yang tepat. Hal ini akan membantu meningkatkan efisiensi operasional fasilitas, mengurangi downtime, dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan.

Kesimpulan: Risk register adalah instrumen yang penting dalam manajemen fasilitas yang membantu team FM untuk menghadapi berbagai risiko dengan lebih terarah. Melalui risk register, team FM dapat mengidentifikasi risiko potensial dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk menghindari insiden yang dapat mengganggu operasional fasilitas.

Dalam kasus gagalnya mengidentifikasi kerusakan AC backup, risk register dapat membantu identifikasi risiko pada sistem tersebut dan mengadopsi langkah-langkah perawatan atau penggantian komponen yang tepat waktu. Dengan demikian, membuat risk register yang efektif adalah langkah penting untuk memastikan pengelolaan yang baik, efisiensi, dan kenyamanan dalam operasional fasilitas.

Untuk anda para facility manager, pastikan selalu melakukan evaluasi rutin terhadap risk register di fasilitas anda, minimal 1x per bulan.

Semoga bermanfaat! 

Ketika Spare Part AC Jadi Biang Keladi Masalah: Pentingnya Sistem Eskalasi

Siapa yang tidak mengenal AC? Perangkat elektronik ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Namun, tahukah Anda bahwa masalah sepele pada AC, seperti kehabisan spare part, dapat memicu masalah yang lebih besar jika tidak ditangani dengan tepat?

Contoh Kasus: Spare Part AC yang Terlupakan

Bayangkan sebuah fasilitas perkantoran yang memiliki puluhan unit AC. Suatu hari, salah satu unit AC mengalami kerusakan dan membutuhkan penggantian spare part. Teknisi FM (Facility Management) yang bertugas kemudian melaporkan kebutuhan spare part tersebut kepada atasannya/supervisor dalam bentuk laporan tertulis reactive maintenance. Namun, di Tengah kesibukan, laporan tersebut tertumpuk dan terlupakan. Akibatnya, unit AC yang rusak tidak dapat segera diperbaiki, dan karyawan mengeluhkan mengenai hal kepada team FM. 

Mengapa Hal Ini Terjadi?

Ada beberapa hal penting yang terlewat yang menyebabkan masalah di atas sering terjadi, salah satunya kurangnya sistem eskalasi yang efektif. Sistem eskalasi adalah proses yang terstruktur untuk menyampaikan informasi penting dari satu tingkat organisasi ke tingkat yang lebih tinggi, terutama ketika masalah tidak dapat diselesaikan pada tingkat awal. Dengan adanya sistem eskalasi, masalah kecil akan dapat teridentifikasi dan bisa diselesaikan, sehingga menghindari potensi masalah yang lebih besar.

Pentingnya Sistem Eskalasi

Team FM perlu memiliki system eskalasi, sistem eskalasi memiliki empat manfaat penting, yaitu:

  • Peningkatan kecepatan respons: Masalah dapat diselesaikan lebih cepat karena informasi dapat disampaikan dengan cepat ke pihak yang berwenang.
  • Peningkatan akuntabilitas: Setiap individu atau tim bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, sehingga memudahkan dalam melacak dan menyelesaikan masalah.
  • Peningkatan visibilitas: Semua pihak terkait dapat melihat status suatu masalah, sehingga memudahkan dalam koordinasi dan pengambilan keputusan.
  • Pencegahan kesalahan: Dengan adanya sistem eskalasi, kesalahan dapat diidentifikasi dan diperbaiki lebih awal, sehingga mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar.

Bagaimana Menerapkan Sistem Eskalasi yang Efektif?

Untuk menerapkan sistem eskalasi yang efektif, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  • Definisikan alur eskalasi: Tentukan jalur yang jelas untuk menyampaikan informasi dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi.
  • Tentukan tingkat keparahan: Klasifikasikan masalah berdasarkan tingkat keparahannya, sehingga masalah yang kritis dapat segera ditangani.
  • Tentukan waktu respons: Tetapkan batas waktu untuk setiap tingkat eskalasi.
  • Gunakan teknologi: Manfaatkan perangkat lunak untuk melacak dan memantau status setiap masalah.
  • Latih personel: Pastikan semua personel memahami dan mengikuti prosedur eskalasi.
  • Evaluasi secara berkala: Lakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan sistem eskalasi berjalan efektif.

Sistem eskalasi adalah salah satu kunci untuk menjaga kelancaran operasional suatu organisasi, terutama dalam hal manajemen fasilitas. Dengan menerapkan sistem eskalasi yang efektif, masalah kecil dapat diselesaikan dengan cepat sebelum menjadi masalah yang lebih besar. Selain itu, sistem eskalasi juga dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.

System eskalasi juga mudah untuk dibuat. Umumnya berupa table yang berisi team operasional yang bertugas dan keseluruhan dari team FM. Untuk membuat system eskalasi ini, perlu dilakukan:

  • Libatkan semua pihak terkait: dalam team FM, umumnya team terkait adalah: teknisi, supervisor, facility coordinator, manager, direktur dan para vendor pendukung operasional FM.
  • Sistem yang sederhana dan mudah dipahami: cukup untuk dibuatkan nama, no telpon, jabatan, nama Perusahaan (untuk memisahkan team internal dan vendor) dan kondisi escalation.

Pertanyaannya selanjutnya adalah: Apakah team FM anda sudah memiliki dan mengerti system eskalasi yang ada saat ini? 

Semoga bermanfaat!



Satu Upaya Lagi, Satu Target Lagi: Perspektif Facility Management

Saya baru selesai membaca buku dari Ed Mylett: “The Power of One More” dan saya merasa bahwa dua prinsip dari tulisan ini sangat sesuai deng...